THE CASE OF ROYAL AHOLD
1. Etika Bisnis
Pada tahun 1990an adalah
dimana awal kesuksesan bagi Ahold. Ahold adalah perusahaan keluarga yang di
pegang oleh keluarga Heijin yang berpusat di Belanda. Kesuksesan ahold yang
yang tertinggi yaitu pada tahun 2001 dimana keuntungan dan penjualan yang
dilaporkan adalah 66600000000 € dan € 1,1
miliar masing-masing, dan di operasikan 5.155 toko di 27 negara dengan hampir
seperempat juta para karyawan.
Pada
tahun 2003, Ahold mengalami krisis besar, Ahold kehilangan seluruh return yang
dihasilkan sejak tahun 1989. Kemudian, perusahaan mengalami kekacauan yang
meliputi, kecurangan dalam keuangan, kegagalan strategi, penembakan
profesional manajemen, serta pengajuan litigasi dari seluruh dunia. Kekacauan
ini diakibatkan dengan tidak dijalankannya prinsip kejujuran didalam
bisnisnya. Kemudian Ahold juga telah melakukan manipulasi akuntansi, penipuan
dan hilangnya kepercayaan investor sehingga peringkat Ahold turun secara
substansial. Pada tahun 2002 dan 2003, perusahaan menghadapi tiga
pelanggaran peraturan akuntansi, tersembunyi kewajiban kontrak, manipulasi
melalui konsolidasi usaha patungan dan penipuan dengan vendor rabat.
2. Coso Framework
a) Lingkungan Pengendalian (Control environment)
Tidak ada nilai kejujuran serta tanggung
jawab. Sehingga mengakibatkan timbulnya penipuan yang berbeda-beda. Kelemahan
poin ini yaitu timbul penipuan akuntansi berupa melebih-lebihkan laba
penjualan.
b) Aktivitas Pengendalian (Control
Activities)
Tidak ada pengecekan kerja sehingga
internal control menjadi semakin lemah, seluruh kegiatan bisnis dipercayakan
kepada manajemen profesional yang tanpa disadari manajemen profesional tidak
melaksanakan tugasnya dengan baik sehingga timbulah kecurangan atau penipuan.
c) Ownership and Control
Structure
Meniadakan kemampuan
pemegang saham untuk memonitor manajemen dari hari ke hari dengan mencabut hak
suara pemegang saham dan kemampuan kontrol dari pasar untuk konrol perusahaan manajemen disiplin melalui pengambil alihan.
d) Tugas Beresiko (Risk Assessment)
Kurangnya sikap kesadaran dari pihak
manajemen profesional yang jika ditelusuri dengan baik dan
cermat dapat menimbulkan kerugian besar seperti yang dialami oleh Ahold. Selain
itu, lemahnya internal control pada Ahold menjadi pemicu adanya penipuan.
e) Pemantauan (Monitoring)
Komponen internal control Ahold tidak
berjalan sesuai dengan fungsinya sehingga membuat internal control pada
perusahaan menjadi semakin lemah dan menimbulkan penipuan.
f) Informasi dan Komunikasi
(Information and communication)
Informasi berkenaan dengan
penilaian resiko sulit didapat karena manajemen tidak mementingkan penilaian resiko dan Ahold tidak
transparan karena pada tahun 2002 Ahold mengakui
bahwa perusahaan tidak mengungkapkan secara signifikan bagaimana neraca
perusahaan terkait dengan usaha bersama yang dijalankan oleh Ahold.